-->

Minggu, 06 Maret 2016

Empat Hari Berkendara Menuju Melbourne : Menikmati Indahnya Great Ocean Road

Empat Hari Berkendara Menuju Melbourne  Menikmati Indahnya Great Ocean Road
BERKESAN: Pemandangan menakjubkan Twelve Apostles di Great Ocean Road (foto atas). Penulis (bertopi) bersama tiga sahabatnya dari India dan Swedia. (Marvin Lucky for Jawa Pos)

Apakah Anda pernah mendengar Great Ocean Road? Daerah ini merupakan warisan wisata yang sangat terkenal di Australia. Bahkan, gaungnya terdengar hingga ke seluruh dunia.

GREAT Ocean Road merupakan daerah pesisir pantai sepanjang 243 kilometer yang terletak di semenanjung selatan-barat Australia. Anda tidak akan menemukan gedung pencakar langit di sana. Yang ada hanya keindahan alam yang tidak ternilai harganya.

Saya berkesempatan untuk berwisata ke sana bersama beberapa teman baik, seorang dari Swedia dan dua orang dari India. Kami menyewa mobil, melakukan perjalanan dari Adelaide menuju Melbourne, melewati Great Ocean Road. Perjalanan memakan waktu empat hari. Kami tinggal di beberapa camping site.

Dari Adelaide menuju titik pertama, Mount Gambier, dibutuhkan waktu kurang lebih enam jam. Pemandangan yang ditangkap adalah bukit-bukit savana indah. Apabila beruntung, Anda akan menemukan kanguru liar di sepanjang jalan. Tapi hati-hati, banyak kecelakaan yang disebabkan kanguru menyeberang jalan pada saat mobil sedang melintas!

Kami melewati beberapa desa kecil di sepanjang Great Ocean Road, yakni Port Land, Port Fairy, dan Port Campbell sebelum tiba di Twelve Apostles. Daerah itu dinamakan Twelve Apostles (12 Rasul Yesus) karena terdapat 12 batu besar yang berdiri kukuh di titik tersebut.

Udara dingin dan berangin pada musim gugur tidak menghalangi kami untuk terus menelusuri semua spot di Great Ocean Road. Pemandangan pesisir pantai dengan tebing indah seperti di The Grotto, Bay of Martyrs, dan London Arch memanjakan mata kami.

Sebenarnya, pada saat tertentu, kita bisa menemukan penguin. Sayang, kami tidak dapat melihat langsung. Sebab, penguin hanya bisa dilihat saat musim dingin. Pada hari keempat, akhirnya kami mencapai Torquay, kota surfing-nya di Australia.

Berhubung selama perjalanan sulit sekali menemukan tempat pemandian umum, akhirnya kami memanfaatkan air laut Torquay untuk ’’menyegarkan’’ diri. Sensasinya beda, main air laut pada suhu 10 derajat Celsius dengan angin yang berembus kencang.

Kalau Anda berpikir perjalanan kami sulit dan mahal, itu salah. Petunjuk jalan terpampang dengan jelas. Koneksi internet juga oke banget. Dua hal tersebut cukup membantu kami kembali ke jalur yang tepat saat tersesat. Biaya yang dikeluarkan juga tidak begitu besar. Masing-masing dari kami hanya merogoh kocek AUD 160–AUD 200 (sekitar Rp 1,6 juta–Rp 2 juta) selama empat hari.

Biaya tersebut sudah termasuk sewa mobil, bahan bakar, serta sewa tempat untuk membangun tenda dan makanan. Murah bukan? Keseruan perjalanan itu bukan hanya pemandangan indah, tapi juga momen tak terlupakan bersama sahabat. Kebahagiaan apa lagi yang dapat disangkal saat berwisata bersama teman baik sembari berbagi pandangan hidup? (*/c6/jan/jawa pos)

Previous
Next Post »