-->

Minggu, 06 Maret 2016

Hiroshima Kota Bersejarah nan Indah

Hiroshima Kota Bersejarah nan Indah
SAKSI KEHANCURAN: Gedung parlemen yang juga menjadi tempat penyimpanan peralatan mutakhir rakyat Hiroshima masa itu. Gedung ini menjadi satu-satunya bangunan fisik yang tersisa saat serangan bom atom pada 6 Agustus 1945. (Brianika/Jawa Pos)

Akhirnya salah satu my to do list tahun ini tercapai. Saya menginjakkan kaki di Jepang. Berkesempatan keliling di beberapa kota. Salah satunya adalah Hiroshima.

SELAMA 10 hari mulai Selasa (28/7), saya mengunjungi Negeri Sakura. Di sela kegiatan peliputan yang wajib saya lakukan, pada beberapa hari luang, saya menyempatkan menjelajahi beberapa tempat di Jepang. Salah satunya Hiroshima.

Hiroshima terasa akrab di telinga orang Indonesia. Saya mengingatnya sebagai bagian dari pelajaran sejarah. Hal itu berkaitan dengan waktu kemerdekaan Indonesia pada 1945, yakni ketika dua bom baru pemusnah masal milik AS meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki, Agustus 1945. Jepang pun menyerah. Mereka lantas menarik pasukannya dari daerah pendudukan, termasuk Indonesia.

Hiroshima terletak di Pulan Honzu, selatan Jepang. Dari Narita International Airport, Tokyo, saya naik pesawat lagi ke Fukuoka selama 1,5 jam. Lalu, saya menuju ke Simonoseki dengan perjalanan darat selama sejam.

Dari Simonoseki, saya rehat sejenak. Setelah itu, saya menuju Hiroshima dengan masih melewati perjalanan darat. Cukup melelahkan. Butuh waktu tiga jam dalam keadaan jalan lancar. Saya mengisi perjalanan dengan melihat keadaan sekeliling.

Sepanjang jalan menuju Hiroshima, nuansa pegunungan memanjakan mata. Indah dan sejuk. Kondisi yang benar-benar berbeda 180 derajat dari hiruk pikuk ibu kota Jepang, Tokyo.

Banyak ditemui rumah khas berjejer di perbukitan. Perjalanan itu juga memasuki terowongan yang dibangun menembus bukit. Masuk Hiroshima, tampak gedung-gedung tinggi. Namun, kondisinya tetap tak seramai Tokyo. Pagi itu sekitar pukul 10.00 malah cenderung lengang.

Saya langsung mengunjungi lokasi pusat bekas bom atom dijatuhkan pada 70 tahun silam. Tempatnya persis di pusat Hiroshima. Kalau membawa kendaraan pribadi, ada parkiran di dekat tempat yang selalu ramai menjadi jujukan wisatawan lokal maupun asing itu.

Ada bongkahan bekas gedung yang tersisa karena bom atom. Dulu gedung itu merupakan gedung parlemen sekaligus tempat penyimpanan barang teknologi mutakhir. Meski sudah tidak bisa digunakan, gedung tersebut merupakan satu-satunya yang masih tersisa dari keganasan bom atom itu.

Tidak heran apabila tempat tersebut menjadi spot foto paling favorit bagi setiap pelancong. Termasuk saya yang tentu tidak melewatkan bergaya dengan background gedung itu.

Persis di samping gedung tersebut, ada sungai yang membelah kota. Dulu sebelum luluh lantak kena bom, ada Jembatan Motoyasu di situ. Jembatan tersebut menjadi pusat perdagangan bisnis.

Mengenang kejayaan Motoyasu, pada 1992 dibuat jembatan serupa. Panjangnya 160 meter melintas di atas sungai. Saya berjalan-jalan di sekitar jembatan. Pemerintah Jepang benar-benar memberikan perawatan sekaligus penghormatan bagi tempat bersejarah tersebut.

Di sekitar Jembatan Motoyasu, ada beberapa monumen yang dibangun sebagai bentuk penghormatan kejadian bom atom pada 6 Agustus 1945 tersebut. Selain monumen pintu masuk jembatan, ada monumen berbentuk elips dengan tinggi 10 meter dan ada hiasan lonceng di dalamnya.

Setiap turis yang datang pasti tidak melewatkan untuk membunyikan lonceng. Menurut Mito Kosei, guide kami, membunyikan lonceng diartikan ucapan doa baik bagi para korban bom di Hiroshima.

Perlu diketahui, untuk masuk ke area lokasi tersebut, pengunjung tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun. Hanya perlu bayar parkir kalau membawa kendaraan pribadi. Puas berjalan-jalan, perut terasa lapar. Ada kafe yang menjajakan makanan di pinggir sungai. Tersedia es krim serta pancake. Harga makanan itu berkisar 150 yen sampai 1.000 yen (Rp 16 ribu–Rp 110 ribu).

Jalan- jalan sudah, perut pun kenyang. Saatnya belanja. Ada toko galeri yang menjajakan suvenir di pinggir sungai. Toko itu cukup padat pengunjung, apalagi saat weekend. Pengunjung bisa membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan Hiroshima. Misalnya, gantungan kunci, magnet lemari es, kaus, origami, dan kain khas Jepang.

Tidak terasa, waktu menunjukkan pukul 14.00 waktu setempat. Saya bersama rombongan lekas kembali ke Simonoseki. Sebuah perjalanan yang menjawab gambaran tentang kota yang saya dengar sejak masa SD dulu. (bri/c5/ayi/jawapos)

Previous
Next Post »