-->

Kamis, 17 Maret 2016

Kamu Yang Suka Makanan Panas, Baca Nich! Alasan Ilmiah Mengapa Tidak Boleh Meniup Makanan yang Dalam Kondisi Panas

Apakah Anda sering meniup secangkir kopi panas, atau sup panas saat akan menyantapnya? Jika iya, tahukah anda mengapa dengan meniupnya seolah panasnya berkurang? Apakah hal tersebut baik dilakukan? Apakah Anda juga tahu dalam Islam meniupkan makanan dan minuman panas tidak diperbolehkan dalam Islam?

Pertanyaan-pertanyaan diatas sangat menarik diperbincangkan mengingat terdapat kajian ilmiah dari proses pendinginan makanan panas melalui peniupan angin, namun terdapat efek kurang baik dalam kaitannya dengan adab menyantap makanan dalam Islam.

Benarkah meniup makanan dan minuman panas membuatnya lebih dingin? Jawabnya ya, Bagaimana prosesnya? Jawabannya adalah perpindahan kalor melalui proses konduksi dan konveksi.

Artikel dari About.com menjelaskan bahwa: Napas kita mendekati suhu tubuh (98,6 ° F), sedangkan makanan panas berada pada temperatur yang jauh lebih tinggi. Tingkat perpindahan panas secara langsung berhubungan dengan perbedaan suhu.

Energi panas menyebabkan molekul untuk bergerak. Energi ini dapat ditransfer ke molekul lain, mengurangi pergerakan molekul pertama dan meningkatkan pergerakan molekul kedua. Proses berlanjut sampai semua molekul memiliki energi yang sama (mencapai suhu konstan).

Jika Anda tidak meniup makanan Anda, energi akan ditransfer ke sekitar wadah dan udara molekul (perpindahan kalor secara konduksi), menyebabkan makanan Anda kehilangan energi (menjadi lebih dingin), sementara udara dan piring akan mendapatkan energi (menjadi lebih hangat). Jika ada perbedaan besar antara energi dari molekul (misalkan cokelat panas, udara dingin atau es krim di hari yang panas), efeknya berlangsung lebih cepat daripada jika ada perbedaan kecil (misalkan pizza panas di piring panas atau salad didinginkan pada suhu kamar). Dalam pengertian bahwa proses ini relatif lambat.

Saat meniup makanan, Anda mengubah situasi. Anda memindahkan napas yang relatif dingin terhadap udara panas pada makanan (konveksi). Hal ini meningkatkan perbedaan energi antara makanan dan sekitarnya dan memungkinkan makanan untuk dingin lebih cepat.

Bagaimana proses pendinginannya? Ketika Anda meniup minuman panas atau makanan yang mengandung banyak uap air, sebagian besar efek pendinginan karena pendinginan evaporasi. Pendinginan evaporasi begitu kuat bahkan dapat menurunkan suhu permukaan di bawah suhu kamar!

Cara kerjanya: Molekul air dalam makanan panas dan minuman memiliki energi yang cukup untuk melarikan diri ke udara, perubahan dari air cair atau air gas (uap air). Terjadi perubahan fase menyerap energi, sehingga ketika itu terjadi, menurunkan energi dari sisa makanan, yang disebut pendinginan. Awan uap mengelilingi makanan, yang membatasi kemampuan molekul air lainnya di dekat permukaan menguap.

Efek membatasi terutama karena tekanan uap, yang merupakan tekanan uap air diberikan kembali pada makanan, menjaga molekul air dari perubahan fase. Ketika Anda meniup makanan, Anda mendorong awan uap, menurunkan tekanan uap dan memungkinkan lebih banyak air menguap. Kesimpulannya perpindahan panas dan penguapan meningkat ketika Anda meniup makanan, sehingga Anda dapat menggunakan napas Anda untuk membuat makanan panas dingin dan makanan dingin lebih hangat.

Namun perlu diperhatikan bahwa kebiasaan meniup makanan panas tersebut, merupakan hal yang tidak baik dilakukan dalam islam, lebih tepatnya dilarang. Mengapa demikian?

Berdasarkan artikel yang dijelaskan dari konsultasisyariah.com, terdapat dua hadis yang melarang meniup makanan panas, diantaranya:

1. Hadis dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan ketika buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan kanan… (HR. Bukhari 153).

2. Hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam gelas atau meniup isi gelas. (HR. Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).

Bahkan Ibnul Qoyim menjelaskannya lebih detail , yang jika diterjemahkan sebagai berikut:

Meniup minuman bisa menyebabkan air itu terkena bau yang tidak sedap dari mulut orang yang meniup. Sehingga membuat air itu menjijikkan untuk diminum. Terutama ketika terjadi bau mulut. Kesimpulannya, nafas orang yang meniup akan bercampur dengan minuman itu. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan larangan bernafas di dalam gelas dengan meniup isi gelas. (Zadul Ma’ad, 4/215).
Mengapa hal tersebut dilarang, sudah pasti ada alasan yang tidak mengada-ngada, seperti penjelasan ilmiah di bawah ini, begitu jelas memaparkan bahwa meniup makanan dan minuman panas adalah kebiasaan buruk.

Sebuah artikel dari blog dway2live.blogspot.com menyatakan bahwa:

emnb_81_5160982 Makanan dan minuman panas mengeluarkan uap air yang disebut H2O. Ketika kita meniupnya, berarti memberikan gas ekskresi yang mengandung karbon dioksida CO2. Ketika uap air yang dicampur dengan gas karbon dioksida itu akan bereaksi dan menghasilkan asam karbonat yang bersifat asam.

H2O + CO2 -> H2CO3

Dalam darah kita ditemukan H2CO3 yang berguna untuk mengatur pH dalam darah. Darah adalah Buffer (solusi untuk mempertahankan pH) untuk menjaga kondisi asam lemah H2CO3 di dalam bentuk HCO3 untuk memastikan darah memiliki pH antara 7:35-7:45 dengan reaksi berikut:

CO2 + H20 <= H2CO3 => HCO3- + H +

Tubuh menggunakan penyangga pH dalam darah sebagai pelindung dari perubahan yang tiba-tiba terjadi pada pH darah. Ketika ada perubahan, dapat menyebabkan keseimbangan pH darah tidak dapat dipertahankan dalam keadaan normal apakah itu lebih asam atau basa dan ini akan mengganggu sistem.

Apa yang terjadi setelah kita makan atau minum makanan yang ditiup? Akan meningkatkan keasaman darah dan menyebabkan kondisi di mana darah akan menjadi lebih asam (pH menurun).

Seiring dengan penurunan pH darah, pernafasan menjadi lebih cepat karena tubuh berusaha untuk menstabilkan keasaman darah dalam fase normal dengan mengurangi jumlah karbon dioksida.

Ginjal juga berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan mengeluarkan lebih banyak asam melalui urine. Tetapi kedua mekanisme akan sia-sia jika tubuh terus memproduksi terlalu banyak asam.

Dalam jangka panjang akan menyebabkan asma, mengantuk, mual dan tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Sampai dapat menyebabkan tekanan darah rendah, stroke, dan bahkan dapat menyebabkan koma hingga kematian.

Sederhananya, Karbondioksida merupakan gas hasil ekskresi dari pernapasan. Penelitian tersebut masih memerlukan kajian ulang, efek sampingnya mungkin tidak dalam waktu dekat, namun berjaga-jaga lebih baik. Terlebih bagi yang sedang tidak sehat atau memiliki riwayat penyakit akut, sangat dianjurkan tidak meniup makanan atau minuman panas saat akan memakannya, terlebih jika itu untuk anak atau orang lain yang akan memakannya.

Wallahu a'lam. Semoga kurang puas, sehingga sahabat mencari artikel lainnya untuk menambah wawasan.

Previous
Next Post »